Rumah Betang Khas Kalimantan Tengah |
Keberadaan rumah adat Betang merupakan pencerminan dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Di dalam rumah budbahasa betang ini setiap kehidupan individu diatur oleh komitmen bersama yang dituangkan dalam aturan adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau membuatkan makanan, suka-duka maupun program tolong-menolong untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang ialah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak ialah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Rumah budbahasa betang mempunyai ciri-ciri yaitu; Rumahnya berbentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak lainnya, pembuatan rumah panjang bab hulunya haruslah searah dengan terbitnya matahari dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.
Ruang Pada Rumah Adat Betang
Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju terdiri dari 3 (tiga) bagian, Pertama, ruang utama rumah, kedua, ruang suara gong, dan ketiga, merupakan ruang ragawi yang tidak kelihatan. Ruang utama ialah ruang yg mehubungkan insan dengan alam surgawi. Ruang kedua ialah ruang yg menghubungkan insan dengan penghuni surgawi, danga ruang keti ialah ruang surgawi yang juga ialah ruang ragawi. Sementara itu janjkematian ialah hal terpenting dalam kehidupan masayarakat suku Dayak Ngaju, lantaran melalui janjkematian maka roh seorang Dayak sanggup diberangkatkan ke dalam alam nirwana, melalui upacara Tiwah. Dimana didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna penyucian.
Rumah betang merupakan rentetan rumah langsung yang bersambung menjadi satu-kesatuan. Panjangnya bervariasi antara 9-15 m. Rumah itu dibangun dengan kontruksi dari kayu belian yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuaran 20 x 40 cm. Tiap bilik/ lawang(pintu) membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama mirip itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang lainnya. Satu tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.
hampir setengah dari rumah betang ialah bab terbuka. Bagian ini disebut serambi yang dipakai untuk banyak sekali kegiatan keseharian para penghuninya, mirip ritual adat, mengayam kerajinan tangan.
Bagian yang tertutup disebut bilik atau lawang. Bilik aatau lawang ini dipakai penghuninya sebagai rumah keluarga. Aktivitas keperluan keluarga mirip memasak, tidur dilakukan di bilik tersebut. Rumah betang Suku Dayak mempunyai keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas 100m, bertiang panggung berketinggian di atas 1m dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu kanal ke dalam harus lewat tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bundar dilengkapi anakan tangga demi mempermudahkan pijakan.
Dengan ukuran dimensi mirip yang disebutkan diatas, betang sanggup menampung hingga 100-200 jiwa sehingga sanggup menampung sekuruh sanak keluarga. Dengan kondisi mirip ini, dimana seluruh sanak keluarga hidup dalam satu betang, maka betang sanggup dikatakan sebagai rumah suku, yang dipimpin oleh Bakas Lewu atau kepala suku.
Dasar yang dipakai dalam penentuan tinggi betang yaitu tinggi orang menumbuk padi dengan mengunakan alo/atan, sehingga pada ketika menumbuk padi, alo/atan tidak tersangkut pada lantai betang.
Di dalam rumah terdapat kamar yang berpetak-petak. Dan diruangan muka ada tempat mendapatkan tamu atau tempat pertemuan. Biasanya tangga dan pintu rumah betang haya satu yang terbuat dari kayu besi bundar panjang. Tangga ini dinamai hejan/hecot. Dibelakang rumah ada balai kecil yang berfungsi sebagai tempat menyimpang lesung untuk menumbuk padi.
Bagian-bagian Penting Rumah Adat betang dan bangunan lainnya
Rumah Adat Betang biasanya terdiri atas beberapa bab penting, yaitu betang huma, artinya rumah/bangunan utama sebagai tempat tidur, ruang (los) tempat tamu yang menginap, kemudian bab dapur, yaitu bab yang seperti terpisah dari bangunan utama. Diantara bangunan utama dengan dapur terdapat suatu bab yang disebut karayan, yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan utama dengan bab dapur. Baik bagunan utama, dapur dan karayan, tinggi tiang-tiangnya sama yaitu sekitar 2,5 -3m.
Bagian dapur hampir tidak ada bedanya dengan bangunan rumah biasa, yaitu bisa betuk segi empat atau juga bentuk memanjang. Luasnya lebih kecil dari bangunan utama, yaitu disekitar atau sejajar dengan panjang bangunan utama. Sedangkan karayan ialah semacam pelataran. Karayan berfungsi disamping penghubung antara dapur dengan bangunan utama (bangunan antara dapur dengan bagunan utama tidak berdempetan), juga sebagai tempat istirahat (santai) atau juga sebagai tempat menyimpan sementara hasil hutan. Rumah Betang hanya mempunyai satu dapur sehingga seluruh sanak keluarga/penghuni betang memakai dapur secara bergantian.
Di sekitar Rumah Adat betang juga terdapat beberapa bangunan kerangking, petahu dan sandung. Kerangking atau juga disebut jorong atau tukau ialah balai kecil yang befungsi sebagai tempat menyimpang alat-alat bertani atau berladang dan juga untuk menyimpan alu dan lisung. Petahu atau juga disebut pengantoho ialah rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah menyimpan tulang-tulang kerabat yang telah meninggal dan telah di proses upacara tiwah. Disamping itu, juga terdapat sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang berfungsi untuk tiang pengikat binatang-binatang yang akan dikorbankan pada ketika upacara adat.
Tata Letak dan Perletakkan Ruang
-Ruang Los : Harus berada di tegah-tengah bangunan lantaran merupakan poros bangunan,dan tempat berkumpul melaksanakan kegiatan,baik budbahasa maupun keagamaan,serta sosial masyarakat.
-Ruang Tidur : Harus disusun berjajar sepanjang bangunan Bentang, dimana paling ujung bersahabat dengan fatwa sungai merupakan tempat tidur orang renta dan anak bungsu harus paling ujung bersahabat hilir sungai.Jika itu dilanggar,seisi rumah akan menerima petaka.
-Ruang Dapur : Boleh berada di kanan maupun di kiri bangunan,yang terpenting menghadap fatwa sungai,agar penghuni selalu mendapatkan rezeki.
-Karayan : Memiliki beberapa fungsi seperti,Tempat memelihara hewan,sebagai tempat hasil buruan,sebagai tempat istirahat setelah berburu,tempat meletakkan alat-alat pertanian.
Susunan Rumah Betang dan Fungsinya
Di Dalam rumah budbahasa betang, terdapat ruangan-ruangan antara lain ruang/kamar tidur dan satu buah los. Ruang tempat tidur dibentuk berjejer, artinya setiap pintu kamar/ruang tidur semuanya menghadap ke ruang los. Ruang los dibentuk sepanjang bangunan utama, dengan lebar kira-kira seperempat lebar bangunan utama sedangkan tiga perempat bangunan utama seluruhnya dipergunakan sebagai ruang/kamar tidur. Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya.
Fungsi ruang/ kamar tidur sudah terang sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta dimasukkan dalam kemar tidur masing-masing. Sedangkan ruang los berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan tamuaei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin menginap. Pada dinding du ruang los ditempel atau diletakkan beberapa kepala/ tanduk manjangan, yang berfungsi sebagai tempat menggantungkan senjata tajam milik penginap, mirip mandau atou tombak.
Orientasi Bangunan
Suku Dayak mempercayai dalam pembangunan rumah, bab hulu rumah mengarah ke tempat sang surya terbit, dan bab hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi suku Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit dan pulang ke rumah menuju sang tenggelam. Selain rumah sebagai bab penting kehidupan, Kalimantan identik dengan sungai. Kali ini sungai itu berjulukan Katingan. Dari hulu ke hilir mencapai 650 km, lebarnya bisa mencapai 65 m, kedalaman 12 m. Tidak mirip halnya masyarakat Jakarta yang mempergunakan sungai sebagai halaman belakang, suku Dayak mengarahkan orientasi tata ruang menuju sungai. Sungai sebagai halaman depan. Maka, yang terlihat ialah sungai higienis berarus deras, dan mempunyai fungsi ekonomi, sosial, bahkan budaya.Secara sederhananya.
Tiang/Kolom
Rumah betang identikdengan tiang-tiang berukuran besar sebagai struktur utama rumah lantaran kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan semoga tidak goyah.Dulu tinggi Rumah Betang bisa mencapai lebih dari 3 meter,karena pertimbangan alam yang masih liar/keras,juga untuk menghidari banjir lantaran meluapnya sungai dan juga perang sukuyang disebut Hakayau(pemenggalan kepala).Rumah betang terdiri dari 4 tiang yang disebut tiang agung dan tiap-tiap tiang mempunyai nama mirip tiang Bakas disebelah kanan pintu masuk,tiang Busu disebelah kiri pintu masuk,tiang Penyambut sederet dengan tiang Bakas,tiang Perambai sederet dengan tiang Busu.Keempat tiang ini berada pada ruang tengah bagunan lantaran sesuai kepercayaan suku dayak,dengan agamanya Kaharingan keempat tiang tersebut melambangkan turunnya insan pertama yang diturunkan oleh Ranying Hatala Langit.Tiang itu sendiri berdiameter 40 cm-80 cm dan terbuat dari kayu ulin(kayu besi) lantaran besar lengan berkuasa dan tahan usang sehingga cocok untuk konstruksi utama bangunan Tetapi kini terjadi penyerdehanaan lantaran ketersediaan bahan.
Lantai
Umumnya Rumah Adat Betang memakai papan kayu.Tetapi untuk model jaman kini ada beberapa yang memakai keramik,maupun karpet.Dahulu papan kayu berukuran 6 m x 30cm dengan pengolahannya sederhana sehingga permukaan yang dihasilkan tidak rata dan licin,berbeda dengan lantai kayu kini yang berukuran 4 m x 20 cm dengan permukaan yang licin.
Tangga
Tangga dalam Rumah budbahasa betang disebut Hejan yang terbuat dari kayu bundar dan di buat beruas-ruas untuk tempat kaki memanjat.Dengan seiringnya waktu tangga tersebut sudah dibentuk mirip tangga yang sudah ada kini yang lebih mudah dan ergonomis.Ada aturan tersendiri dalam pembuatan tangganya mirip harus ganjil dan untuk railing tangga pun juga harus ganjil 1atau 3.Menurut kepercayaan hitungan ganjil semoga ketika memasuki rumah dalam hitungan genap semoga terhindar dari malapetaka serta filosofi suku Dayak itu sendiri yaitu, insan di bagi menjadi 3 tingkatan usia yaitu anak-anak,remaja,dan remaja dimana masing-masing mempunyai jangkauan yang berbeda.Yang membedakan tangga yang dulu dan yang kini ialah konsepnya dengan budbahasa istiadat yang jaman dulu,dan dengan perhitungan kebijaksanaan untuk jaman sekarang.
Dinding
Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bab dalam dengan kayu ulin dan bab luar memakai kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu lantaran perempuan menjadi tolak ukuran Suku Dayak dengan perempuan berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80 cm)sehingga di sanggup tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai plafond).
Pintu dan Jendela
Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los (ruang kosong). Ukuran pintu merujuk pada penggunaan ukuran badan perempuan dengan carawanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, perempuan berdiri dan sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu.
Baik pintu masuk maupun bilik bentuknya polos.Tetapi untuk jaman sekarang,ada beberapa yang diukir untuk mengatakan status sosialnya. Adapun tata cara juga dalam membuka pintu yaitu membuka dengan tangan kiri,karena apabila tamu bermaksud baik maka asisten di gunakan untuk mempersilahkan mask,dan apabila tamu bermaksud buruk, maka asisten bisa dipakai untuk menangkis serangan
Penempatan hanya berada pada bab sisi bagunan saja,dimana 1 bilik hanya mempunyai satu jendela saja dan setiap ruangan di haruskan mempunyai jendela sebagai lubang cahaya dan pertukaran. Untuk ukuran yang jaman dahulu berukuran 50 cm x60 cmdan untuk yang jaman kini 60 cm x 90 cm.Cara penentuan jendela ini sama mirip pengukuran pintu dimana pebngukuran memakai ukuran badan perempuan dengan merapatkan siku dan jadilah untuk bukaannya dan untuk tingginya setinggi dagu perempuan ketika berdiri,sedangkan jaman kini ukuran bukaan ialah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan untuk ukuran keatas maksimal 1,92 m
Bahan jendela nya terdiri dari kayu untuk lapisan dalam dan bab lapisan luar memakai kulit kayu sedangkan kini sudah ada yang memakai beling lantaran semakin maju jaman sehingga banyak pilihan. Sama mirip pintu ,karena fungsi nya hanya sebagai pengaman maka dibentuk polos, tetapi seiring perkembangan jaman sama halnya mirip pintu penambahan ukiran-ukiran pada jendelamampu memberi status sosial dalam masyarakat tersebut.
Atap
Bagian atap Rumah betang biasanya di ekspos tanpa adanya plafond,dan mempunyai kegunaan untuk sistem cross ventilation dan pengcahayaan pada rumah kerangka atap yang tinggi juga memungkinkan sirkulasi udara yang baik,penutup atap memakai sirap kayu.
Ornamen
Ornamen sendiri biasanya terdapat pada lisplang atap,di atas ambang daun pintu, dan di daun pintu ataupun jendela,biasanya terdiri dari motif burung enggan,ular,balangga,dan motif tumbuh-tumbuhan ,selain itu adapula anyaman dan seni patung berupa insan dan binatang.Ornamen-ornamen tersebut semata-mata untuk santunan terhadap roh-roh jahat. Seperti :
-Ukiran Asun Bulan,dimana terdapat dua orang bersalaman dengan makna orang rumah harus ramah terhadap tamu .( tabrakan di atas ambang pintu)
-Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit, dimana tabrakan ibarat anjing yang melambangkan Tatun Hatuen (Raja Palasit),agar Hatuen tidak mengganggu penghuni.( tabrakan di atas ambang pintu)
–Patung berbentuk manusia yang ada pada railing tangga,merupakan simbol penjaga Rumah Betang,agar roh-roh jahat tidak masuk ke rumah.
–Anyaman rotan yang bermotif batang garing pada tiang agung yang melambangkan kesejahteraan.
Selain ada maksud didalam ukirannya tetapi ada juga yang hanya sebagai ornamen mirip :
-Ukiran Naga Pasai ,perlambangn Bawi Jata atau Dewa Penguasa Alam Bawah pada daun jendela dan pintu
-Ukiran Lamantek,perlambangan kesehatan.
Nilai estetika
Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bagunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat mirip pada bumbungan rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga sanggup dengan gampang dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.
Sedangkan nilai estetika atau tingkah laris sanggup dilihat dari bahan-bahan tertentu yang dipakai dalam menciptakan bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga dibutuhkan bagunan sanggup bertahan usang dan jikalau sudah ditempati, penghuninya dibutuhkan senantiasa menerima kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan tabrakan burung tingang dan kepala naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Nganju disebut tanggar, dihentikan menengadah alasannya ketika itu berarti naga atau burung tingang hanya mencari rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut. Sebaliknya tabrakan kepala tingang dan kepala naga dihentikan tunduk alasannya itu berarti akan membawa sial bagi penghuninya.
Semoga Bermanfaat….. silahkan di like dan share serta follow twitter @zaenal_zein